Kamis, 23 Februari 2017

OBJEK WISATA SITU GEDE

OBJEK WISATA SITU GEDE
 
- Selamat pagi sobat catatan sang pemimpi, dipagi yang cerah ini admin akan memberikan ulasan mengenai salah satu objek wisata yang cukup terkenal di kota kelahiran admin sendiri yaitu Tasikmalaya.
Situ Gede atau kalau dalam bahasa indonesia disebut Danau Besar merupakan salah satu objek wisata yan ada di pusat kota tasikmalaya. Namun mungkin masih banyak yang belum tahu tentang objek wisata yang satu ini. untuk itu admin akan mengupas tuntas tentang Sejarah situ gede tasikmalaya objek wisata tersembunyi di pusat kota.
Situ Gede merupakan danau dengan luas sekitar 47 hektar di Tasikmalaya, Jawa Barat. Objek wisata ini cukup populer karena menawarkan pemandangan indah, suasana tenang dan lokasinya tak jauh dari pusat Kota Tasikmalaya, hanya 30 menit.

Di bagian tengah situ terdapat sebuah pulau dengan luas 1 hektar. Di pulau itu ada makam Eyang Prabudilaya, seorang tokoh agama Islam yang disegani masyarakat Tasikmalaya. Traveler pun tak sedikit yang menyeberang ke pulau untuk ziarah ke makam Eyang Prabudilaya.

Fasilitas buat pengunjung Situ Gede kini sudah cukup lengkap. Musala, gazebo, toilet, hingga trek jogging tersedia di sini. Berbagai tempat makan yang menjual menu ikan khas daerah setempat juga ada, jadi wisatawan yang tidak membawa bekal pun bisa makan di sana.

Jika sudah datang ke sana jangan buru-buru pulang. Menikmati sore yang syahdu di sana bisa membuat pikiran segar kembali. Tinggal duduk di gazebo dan nikmati pemandangan yang tersaji.

Selain potensial sebagai penampung air, kawasan ini juga memiliki potensi yang besar untuk kawasan wisata dan perikanan. Ketersediaan air di kawasan Situ Gede berasal dari kawah Gunung Galunggung yang mengalir melalui aliran Sungai Cikunir dan Saluran Cibanjaran di sebelah barat situ, Master Plan Situ Gede.

Situ terluas di kota dengan julukan kota santri ini secara cultural memiliki fungsi bagi perputaran roda sosio-ekonomi masyarakat Tasikmalaya. Potensi sumber daya alam yang luar biasa yaitu bentangan objek wisata air berupa Situ terluas di Kota Tasikmalaya dengan keanekaragaman flora dan fauna dapat dinikamati dengan udara yang cukup sejuk dan segar. Bagi para pemancing mania, bibir situ, rakit, atau gazebo yang tersedia merupakan tempat yang nyaman untuk menununggu ikan yang kebanyakan ikan gabus memakan umpan pancingan yang dipasang. 
Kenikmatan-kenikmatan tersebut menjadi berlipat tatkala dilanjutkan dengan wisata kuliner menyantap suguhan aneka ragam panganan yang dijual masyarakat setempat terutama makanan olahan ikan air tawar. Fasilitas berupa joging track tersedia sebagai wisata olahraga dengan lintasan track yang menarik yaitu mengelilingi pinggiran situ, masuk keluar hutan, melewati pemukiman warga yang disertai fasilitas toilet, gazebo pada beberapa spot untuk beristirahat hingga menjelang sore menantikan senja datang melihat pemandangan alam yang indah.
Sejarah Situ Gede Tasikmalaya Objek Wisata Tersembunyi Di Pusat Kota
Pemandangan Sejarah Situ Gede Tasikmalaya

Selain potensi sumber daya alam, Situ Gede juga memiliki potensi wisata pilgrim. Potensi ini merupakan pulau kecil (Pulau Nusa) yang terdapat ditengah situ dengan luas 1 Ha yang dapat dijangkau dengan menggunakan rakit sambil menikmati keindahan Situ. 
Pada pulau ini terdapat sebuah makam, yaitu makam Eyang Prabudilaya Kusumah yang sering menjadi tempat ziarah para wisatawan yang tidak hanya berasal dari daerah sekitar akan tetapi kebanyakan datang dari luar kota seperti Cirebon, Sukabumi, dan lain sebagainya. Wisatawan ini berkunjung dengan tujuan yang bermacam-macam, mulai dari melakukan tawasul di depan makam sampai dengan meminta kenaikan pangkat atau agar lulus dalam menempuh ujian. Di samping makam Eyang Prabudilaya terdapat 2 buah makam pengikutnya yaitu Jayakerta beserta isteri yang konon isteri Jayakerta ini piawai nyinden (baca: nyanyi) karena itu tidak sedikit peziarah yang datang supaya suaranya menjadi merdu.

Bersumber dari masyarakat setempat, dapat diketahui perjalanan Eyang Prabudilaya sampai dengan dimakamkan di tempat tersebut. Eyang Prabudilaya ini merupakan tokoh yang dihormati masyarakat Tasikmalaya yang memiliki garis keturunan dengan wali. Dituturkan bahwa beliau memiliki 2 orang isteri yang bernama Sekar Karembong yang kini dimakamkan di Bantar. Sedangkan isteri berikutnya yakni Sembahdalem sampai saat ini tempat persemayaman terakhirnya tidak diketahui konon menghilang begitu saja (dalam bahasa sunda “nilem”).

Suatu ketika isteri sang Eyang Prabudilaya satu dengan yang lain saling mencari karena sang suami menghilang dalam waktu yang lama. Isteri pertama mencari ke tempat isteri kedua begitupun sebaliknya sehingga mereka memutuskan untuk mencari bersama-sama. Pencarian itu berbuah hasil. Ditemukan sang suami sedang matigeni di suatu tempat, lalu oleh isterinya dibawa pergi untuk kemudian dibunuh sehingga darahnya mengalir merah yang kini tempat terbunuhnya tersebut dinamakan Situ Cibeureum. Oleh pengikutnya Eyang Prabudilaya dibawa pergi dengan dipangku (baca: digotong) menggunakan samping (baca: kain sarung) yang diikatkan pada bambu panjang. 
Di tengah perjalanan bambu tersebut patah akan tetapi dapat disambung kembali dengan menggunakan tanah untuk kemudian dipangku lagi. Sehingga sampai dengan sekarang tempat menyambungkan bambu menggunakan tanah tersebut dinamakan daerah Mangkubumi. Perjalan berlanjut namun setelah cukup lama berjalan tiba-tiba pengikutnya tersebut nagog (baca: jongkok) sehingga sampai dengan saat ini tempat nagog tersebut diberi nama daerah Nagrog. 
Tak lama perjalanan dilanjutkan kembali, setelah cukup jauh berjalan lewatlah pada suatu tempat yang udaranya lumayan tiis (baca: cukup sejuk) dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tempat peristirahatan tersebut sampai dengan sekarang disebut daerah Maniis. Setelah lama beristirahat digotong lagi jenazah Eyang Prabudilaya hingga pada akhirnya dimakamkan di pulau yang terletak di tengah Situ Gede.

Masih bersumber dari warga daerah Maniis yang terletak di arah timur laut Situ Gede, tinggi muka air pada bibir pulau di tengah Situ selalu sama meskipun pada musim kemarau ataupun hujan. Bahkan keadaan tersebut tetap demikian di saat bagian situ yang lainnya dalam keadaan kering. 
Rakit di Situ Gede Tasikmalaya
Adanya fenomena tersebut disimpulkan bahwa Pulau tersebut dalam kondisi terapung tidak bersentuhan dengan lantai situ. Di tuturkan pula bahwa pasangan pacaran yang datang ke Situ Gede dapat dipastikan akan berakhir dengan perpisahan. Dan satu lagi adalah tuturan bahwa Situ Gede memiliki hubungan dengan Situ Panjalu yang berada di wilayah pemerintah Kabupaten Ciamis. Keterhubungan tersebut dari keberadaan ikan “si kokol” yang selalu berpindah-pindah dari Situ Gede ke Situ Panjalu dan sebaliknya.

Sampai dengan saat ini tidak bisa dipastikan bahwa seluruh masyarakat setempat mengetahui betul akan cerita-cerita tempat tinggalnya di masa silam. Meskipun hanya secara singkat akan tetapi tuturan-tuturan di atas sedikitnya dapat dijadikan sebagai permulaan untuk selanjutnya digali lagi lebih komprehensif dalam konteks sejarah yang unik sehingga mampu menarik minat wisatawan lebih banyak.
Itulah mungkin sejarah situ gede tasikmalaya objek wisata tersembunyi di pusat kota yang bisa admin sampaikan kepada kalian. sebagai warga asli tasikmalaya patutnya kita berbangga dengan adanya objek wisata yang satu ini, tentunya kita harus menjaga kelestarian dan keasrian dari objek wisata situ gede ini.
Bagi anda yang belum pernah berkunjung ke sini, anda harus mencoba berwisata ke situ gede tasikmalaya ini dijamin anda tidak akan menyesal karena suasana disana sangat menyegarkan jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan yang penuh polusi.

Rabu, 22 Februari 2017

Awal Adanya Mesjid Agung Tasikmalaya

Mengenal Lebih Dekat Mesjid Agung Tasikmalaya
Tasikmalaya memang terkenal atau identik dengan yang namanya kota santri. Namun tidak hanya itu,  jika Anda berkunjung ke Kota Tasikmalaya, Anda pasti akan menemui sebuah masjid megah, mewah, dan luas yang berada tepat ditengah – tengah jantung Kota Tasikmalaya. Anda akan melihat sebuah masjid megah dengan luas tanah yang mencapai 7.215 meter persegi dengan luas bangunan 2.456 meter persegi. “ Masjid Agung Tasikmalaya“  itulah nama dari masjid yang terletak sangat strategis ditengah – tengah persimpangan antara Jl. K.H. Z Mustofa, Jl. Dr. Soekarjo, Jl. Yudanegara, dan juga Jl. Otto Iskandar Dinata. Tapi, tahukah Anda bagaimana sejarah awal berdirinya bangunan ini?

Sejarah Awal
Masjid Agung Tasikmalaya pertama kali dibangun pada tahun 1886 dan selesai pada tahun 1888 yang berdiri diatas tanah seluas 6000 meter persegi. Pengelolaan masjid ini pertama kali diserahkan kepada Raden Haji Abubakar yang juga pada masa itu masih merupakan keturunan dari pemerintahan Sumedang Larang.
Masjid Agung Tasikmalaya sendiri sempat mengalami beberapa kali renovasi. Untuk renovasi pertama terjadi pada tahun 1923 tepatnya pada masa kepemimpinan Bupati Raden Adipati Wiratanuningrat, masjid itu mengalami renovasi dan diperluas. Namun, pada masa itu renovasi yang dilakukan secara asal – asalan, bahkan kiblat masjid pada saat itu hanya mengikuti arah ke timur saja, tanpa memperhitungkan derajat kemiringannya menghadap pusat kota Makkah.
Lalu berikutnya Masjid Agung Tasikmalaya mengalami renovasi keduanya pada tahun 1939 setelah Bupati Wiratanuningrat digantikan oleh Bupati RTA Wiradiputra.
Untuk renovasi yang ketiga kalinya dilakukan berkisar pada tahun 1970-an, yaitu pada saat kepemimpinan Bupati Husein Wangsaatmadja. Namun waktu itu, bentuk masjid masih seperti aslinya dan belum berubah seperti sekarang.
Lalu berikutnya sekitar pada tahun 1982 sampai dengan 1987 renovasi kembali dilakukan, tetapi kali ini dengan merubah bentuk awal dari masjid tersebut, yang awalnya bentuk masjid sangat mirip dengan masjid demak, kemudian berubah konsep menjadi mirip seperti masjid Madinah di Makkah. Pada masa itu Bupati dari Tasikmalaya adalah Hudli.
Dan untuk renovasi terakhir yang terjadi adalah pada tahun 2002 dengan merubah bentuknya kembali menjadi seperti yang sekarang bisa Anda lihat, dan pemerintahan waktu itu berada dibawah Bupati Suryana WH, dan total pengeluaran dana pada renovasi ini adalah senilai Rp. 7,9 Miliar. Pada saat itu peresmian kembali Masjid Agung Kota Tasikmalaya dilakukan oleh wakil presiden.
Masa Sekarang
Kini Masjid Agung Tasikmalaya selain menjadi salah satu ikon untuk Kota Tasikmalaya itu sendiri, juga menjadi pusat diadakannya beberapa kegiatan besar seperti solat idul fitri, idul adha, dan juga tabligh akbar yang juga sering dihadiri beberapa ustad besar yang ada di Indonesia. Mulai dari ustad Yusuf Mansur hingga Aa Gym tercatat sering melakukan kegiatan tabligh akbar di tempat ini.
Selain kegiatan tersebut, DKM dari Masjid Agung Tasikmalaya juga sangat aktif menggunakan tempat ini sebagai pusat untuk melakukan beberapa kegiatan social dan juga memberdayakan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Demikian sejarah singkat tentang asal mula Masjid Agung Tasikmalaya hingga seperti sekarang ini. Semoga bisa menjadi informasi yang bermanfaat untuk para teman teman.
SEMOGA BERMAMFAAT.

SEJARAH KOTA TASIKMALAYA

SEJARAH KOTA TASIKMALAYA

Sejarah berdirinya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi tidak terlepas dari sejarah berdirinya kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah kabupaten induknya. Maka rangkaian sejarah ini merupakan bagian dari rangakaian perjalanan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sampai terbentuknya Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Pada waktu A. Bunyamin menjabat sebagai Bupati Tasikmalaya tahun 1976 sampai dengan 1981 tonggak sejarah lahirnya kota Tasikmalaya dimulai denngan diresmikannya Kota Administratif Tasikmalaya melalui peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 oleh Menteri Dalam Negeri H. Amir Machmud. Periwtiwa ini di tandai dengan penandatangan Prasasti yang sekarang terletak di depan gedung DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Pada waktu yang sama dilantik pula Walikota Administratif Pertama yaitu Drs. H. Oman Roosman oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat H. Aang Kunaefi.
Pada awal pembentukannya, wilayah kota Administratif Tasikmalaya meliputi 3 Kecamatan yaitu Cipedes, Cihideung dan Tawang dengan jumlah desa sebanyak 13 desa.
Berikut ini urtutan pemegang jabatan Walikotatif Tasikmalaya dari terbentuknya kota administratif sampai menjelang terbentuknya pemerintah Kota Tasikmalaya :
Berkat perjuangan unsur Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya yang dipimpin Bupati saat itu H. Suljana WH beserta tokoh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya dirintislah pembentukan Kota Tasikmalaya dengan lahirnya tim sukses pembentukan Pemerintahan Kota Tasikmalaya yang diketuai oleh H. Yeng Ds. Partawinata SH. bersama tokoh – tokoh masyarakat lainnya. Melalui proses panjang akhirnya dibawah pimpinan Bupati Drs. Tatang Farhanul Hakim, pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001, Kota Tasikmalaya diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI di Jakarta bersama-sama dengan kota Lhoksumawe, Langsa, Padangsidempuan, Prabumulih, Lubuk Linggau, Pager Alam, Tanjung Pinang, Cimahi, Batu, Sikawang dan Bau-bau.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya, telah mengantarkan Pemerintah Kota Administratif Tasikmalaya melewati pintu gerbang Daerah Otonomi Kota Tasikmalaya untuk menjadi daerah yang mempunyai kewenangan untuk mengatur rumah tangga sendiri.
Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya tak lepas dari peran serta semua pihak maupun berbagai steakholder di daerah Kota Tasikmalaya yang mendukung pembentukan tersebut. Tentunya dengan pembentukan Kota Tasikmalaya harus ditindak lanjuti dengan menyediakan berbagai prasarana maupun sarana guna menunjang penyelenggaraan Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Berbagai langkah untuk mempersiapkan prasarana, sarana maupun personil serta komponen-komponen lainnya guna menunjang penyelengaraan Pemerintahan Kota Tasikmalaya telah dilaksanakan sebagai tuntutan dari pembentukan daerah otonom itu sendiri.
Pada tanggal 18 Oktober 2001 pelantikan Drs. H. Wahyu Suradiharja sebagai PJ Walikota Tasikmalaya oleh Gubernur Jawa Barat dilaksanakan di Gedung Sate Bandung. Sesusuai Undang-Undang No. 10 Tahun 2001 bahwa wilayah Kota Tasikmalaya terdiri dari 8 Kecamatan dengan jumlah Kelurahan sebanyak 15 dan Desa sebanyak 54, tetapi dalam perjalanannya melalui Perda No. 30 Tahun 2003 tentang perubahan status Desan menjadi Kelurahan, desa-desa dilingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya berubah statusnya menjadi Kelurahan, oleh karena itu maka jumlah kelurahan menjadi sebanyak 69 kelurahan, sedangkan kedelapan kecamatan tersebut antara lain :
Kecamatan Tawang
Kecamatan Cihideung
Kecamatan Cipedes
Kecamatan Indihiang
Kecamatan Kawalu
Kecamatan Cibeureum
Kecamatan Mangkubumi
Kecamatan Tamansari
Sebagai salah satu syarat Pemerintah Daerah Otonom diperlukan alat kelengkapan lainnya berupa Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Melalui surat keputusan No. 133 Tahun 2001 Tanggal 13 Desember 2001 Komisi Pemilihan Umum membentuk Panitia Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat KotaTasikmalaya (PPK-DPRD). Melalui proses dan tahapan-tahapan yang dilaksanakan PPK-DPRD Kota Tasikmalaya yang cukup panjang, maka pengangkatan anggota DPRD Kota Tasikmalaya disyahkan melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 171/Kep.380/Dekon/2002 Tanggal 26 April 2002, selanjutnya tanggal 30 April 2002 diresmikannya keanggotaan DPRD Kota Tasikmalaya yang tetama kali.
Pada tanggal 14 November 2002 dilantiknya Bp. Drs. H. Bubun Bunyamin sebagai Walikota Tasikmalaya, pelantikan Walikota tersebut adalah segabai puncak momentum dari pemilihan Kepala Daerah pertama di Kota Tasikmalaya sebagai hasil dari Tahapan proses pemilihan yang dilaksanakan oleh Legislatif.

SEJARAH KOTA TASIKMALAYA

Sejarah berdirinya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi tidak terlepas dari sejarah berdirinya kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah kabupaten induknya. Maka rangkaian sejarah ini merupakan bagian dari rangakaian perjalanan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sampai terbentuknya Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Pada waktu A. Bunyamin menjabat sebagai Bupati Tasikmalaya tahun 1976 sampai dengan 1981 tonggak sejarah lahirnya kota Tasikmalaya dimulai denngan diresmikannya Kota Administratif Tasikmalaya melalui peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 oleh Menteri Dalam Negeri H. Amir Machmud. Periwtiwa ini di tandai dengan penandatangan Prasasti yang sekarang terletak di depan gedung DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Pada waktu yang sama dilantik pula Walikota Administratif Pertama yaitu Drs. H. Oman Roosman oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat H. Aang Kunaefi.
Pada awal pembentukannya, wilayah kota Administratif Tasikmalaya meliputi 3 Kecamatan yaitu Cipedes, Cihideung dan Tawang dengan jumlah desa sebanyak 13 desa.
Berikut ini urtutan pemegang jabatan Walikotatif Tasikmalaya dari terbentuknya kota administratif sampai menjelang terbentuknya pemerintah Kota Tasikmalaya :
Berkat perjuangan unsur Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya yang dipimpin Bupati saat itu H. Suljana WH beserta tokoh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya dirintislah pembentukan Kota Tasikmalaya dengan lahirnya tim sukses pembentukan Pemerintahan Kota Tasikmalaya yang diketuai oleh H. Yeng Ds. Partawinata SH. bersama tokoh – tokoh masyarakat lainnya. Melalui proses panjang akhirnya dibawah pimpinan Bupati Drs. Tatang Farhanul Hakim, pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001, Kota Tasikmalaya diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI di Jakarta bersama-sama dengan kota Lhoksumawe, Langsa, Padangsidempuan, Prabumulih, Lubuk Linggau, Pager Alam, Tanjung Pinang, Cimahi, Batu, Sikawang dan Bau-bau.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya, telah mengantarkan Pemerintah Kota Administratif Tasikmalaya melewati pintu gerbang Daerah Otonomi Kota Tasikmalaya untuk menjadi daerah yang mempunyai kewenangan untuk mengatur rumah tangga sendiri.
Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya tak lepas dari peran serta semua pihak maupun berbagai steakholder di daerah Kota Tasikmalaya yang mendukung pembentukan tersebut. Tentunya dengan pembentukan Kota Tasikmalaya harus ditindak lanjuti dengan menyediakan berbagai prasarana maupun sarana guna menunjang penyelenggaraan Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Berbagai langkah untuk mempersiapkan prasarana, sarana maupun personil serta komponen-komponen lainnya guna menunjang penyelengaraan Pemerintahan Kota Tasikmalaya telah dilaksanakan sebagai tuntutan dari pembentukan daerah otonom itu sendiri.
Pada tanggal 18 Oktober 2001 pelantikan Drs. H. Wahyu Suradiharja sebagai PJ Walikota Tasikmalaya oleh Gubernur Jawa Barat dilaksanakan di Gedung Sate Bandung. Sesusuai Undang-Undang No. 10 Tahun 2001 bahwa wilayah Kota Tasikmalaya terdiri dari 8 Kecamatan dengan jumlah Kelurahan sebanyak 15 dan Desa sebanyak 54, tetapi dalam perjalanannya melalui Perda No. 30 Tahun 2003 tentang perubahan status Desan menjadi Kelurahan, desa-desa dilingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya berubah statusnya menjadi Kelurahan, oleh karena itu maka jumlah kelurahan menjadi sebanyak 69 kelurahan, sedangkan kedelapan kecamatan tersebut antara lain :
Kecamatan Tawang
Kecamatan Cihideung
Kecamatan Cipedes
Kecamatan Indihiang
Kecamatan Kawalu
Kecamatan Cibeureum
Kecamatan Mangkubumi
Kecamatan Tamansari
Sebagai salah satu syarat Pemerintah Daerah Otonom diperlukan alat kelengkapan lainnya berupa Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Melalui surat keputusan No. 133 Tahun 2001 Tanggal 13 Desember 2001 Komisi Pemilihan Umum membentuk Panitia Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat KotaTasikmalaya (PPK-DPRD). Melalui proses dan tahapan-tahapan yang dilaksanakan PPK-DPRD Kota Tasikmalaya yang cukup panjang, maka pengangkatan anggota DPRD Kota Tasikmalaya disyahkan melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 171/Kep.380/Dekon/2002 Tanggal 26 April 2002, selanjutnya tanggal 30 April 2002 diresmikannya keanggotaan DPRD Kota Tasikmalaya yang tetama kali.
Pada tanggal 14 November 2002 dilantiknya Bp. Drs. H. Bubun Bunyamin sebagai Walikota Tasikmalaya, pelantikan Walikota tersebut adalah segabai puncak momentum dari pemilihan Kepala Daerah pertama di Kota Tasikmalaya sebagai hasil dari Tahapan proses pemilihan.
  SEMOGA BERMAMFAAT